Oleh : Antonius Naibaho.
(Pendiri
dan CEO Traveling Medan Comm dan Sparkling Art TM.
Bekerja Sebagai Freelance MC dan Guide, Blogger
dan Penulis)
Pariwisata
sebagai industri goods and service (barang dan jasa) potensial didalam
mendukung kemajuan suatu negara dibidang ekonomi. Pariwisata dapat digolongkan kedalam
lingkup bisnis karena pada dasarnya
pariwisata identik dengan usaha komersil untuk mendapatkan benefit (keuntungan)
dari penjualan produk tangible
(nyata) dan intangible (tidak nyata).
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengelolaan professional dengan
melibatkan tourism stakeholder, insan pariwisata dan tidak ketinggalan
masyarakatnya juga.
Sumatera
Utara terdiri dari beberapa kabupaten/kota yang memiliki destinasi wisata
dengan daya tarik yang mampu menarik wisatawan baik lokal maupun internasional bila
seandainya dikelola dengan baik. Namun sangat disayangkan sekali, keindahan dan
pesona tersebut seolah hilang dan terpuruk, hanya segelintir orang saja tahu
bahkan yang sangat menyedihkan adalah banyak masyarakat Sumatera Utara sendiri
geleng-geleng kepala bila ditanya soal DTW diatas tanah dimana ia tinggal atau
pertama kali mengirup udara sejak terlahir ke dunia. Lain lagi tingkat
kunjungan wisatawan yang datang ke Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami
keterpurukan ditambah kondisi DTW yang memprihatinkan. Pernahkah terbersit
pertanyaan dalam benak anda: sampai kapan seperti ini?
Selain
Danau Toba, terdapat banyak destinasi wisata yang sangat rugi bila dilewatkan.
Lihat saja Dolok Tinggi raja di kabupaten Simalungun yang keindahannya tidak
jauh bila dibandingkan dengan Ciwedei, Taman Wisata Iman Sitinjo di kabupaten
Dairi yang mengusung konsep kerukunan umat beragama dan masih jarang ditemukan
di Indonesia, Aek Rara di kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan sumber
air soda alami satu-satunya di Indonesia dan hanya ada 2 di dunia (satu lainnya
berada di Venezuela). Mesjid Raya Medan yang merupakan salah satu mesjid
termegah dan tertua di Indonesia. Bunga Raflesia di Kabupaten Mandailing Natal,
Triple S (Sibayak, Sinabung, dan Sibuaten) di Kabupaten Karo yang menjadi track
wisata bagi adventurer. Pesona Bahari, terumbu karang dan aneka keindahan bawah
laut di kepulauan Nias yang begitu banyak. Pulau Murshala dengan air terjun
yang langsung jatuh ke laut di kabupaten Tapanuli Tengah. Tangkahan dan Bahorok
yang diberi predikat surganya pulau Sumatera di Kabupaten Langkat. Dan masih lagi,
ada puluhan bahkan ratusan destinasi unik dan menarik lainnya.
Menurut pengamatan
penulis ada beberapa hal yang menjadi kendala baik bagi industi pariwisata dan
wisatawan untuk melakukan perjalanan ke Sumatera Utara.
1.
Sarana Dan Prasarana
Faktor
terpenting bagi kemajuan pariwisata adalah tersedianya akses menuju suatu
daerah wisata seperti transportasi, jalan, dan penunjuk arah. Banyak jalan
disetiap kabupaten/kota rusak parah dan memerlukan perbaikan. Memang bila
seseorang tertarik akan suatu DTW maka ia akan berusaha sebisa mungkin untuk
mencapainya. Namun alangkah baiknya bila kita berpedoman pada klasifikasi
wisatawan itu sendiri, karena tidak semua wisatawan memiliki jiwa seorang adventurer
(petualang).
Sejak
membuat akun twitter @pariwisataSUMUT yang penulis kelola secara independent
(pribadi) hingga saat ini, banyak mention dari follower yang mayoritas
mengeluhkan kondisi jalan menuju daerah tujuan wisata. Bahkan danau toba sang icon
pariwisata Sumatera Utara yang begitu diagung-agungkan akses kesana masih jauh
dari yang diharapkan.
Komunikasi Pariwisata
Proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menitik beratkan isi
pesan mengenai dunia kepariwisataan, merupakan aspek penting didalam mengelola dan
mengembangkan industri pariwisata. Sebagai hospitality industry (Industri
Keramahtamahan) pariwisata memerlukan tehnik dan metode komunikasi yang sangat
berbeda dibandingkan dengan industri lainnya.
Pernahkah
anda ke Danau Toba dan membeli souvenir disana?
Bahasa
unik nan langka, yap…!!
Kebetulan
suatu kali penulis berkeliling di salah satu shopping center dan dari awal
memang tidak berniat untuk membeli. Setiap penulis lewat dari satu toko ke toko
lain mereka selalu menawarkan barang dagangan dengan cara berbeda, anda
bayangkan saja begitu panjangnya jajaran toko tersebut sehingga saya lelah untuk
berkata “enggak bu” saya memutuskan lewat begitu saja tanpa menoleh. Dan
disinilah kenyamanan terusik. Ketika melintas dari sebuah souvenir shop sang
penjual berkata “eh… mardarmawisata inna
ale dang adong hepengna, holanna lewat……” Bahasa batak toba tersebut bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya: “eh…. Katanya berdarmawisata tapi gak ada uang, cuma lewat…..”. Yang
paling ekstrim adalah saat sumpah serapah dikeluarkannya tanpa segan dan malu.
Ya….mungkin si penjual tidak tahu bahwasanya saya adalah orang batak 100 %.
Disinilah
pentingnya diadakan sosialiasi agar pelaku dan masyarakat sekitar DTW memiliki
komunikasi yang baik sehingga mendukung perkembangan dunia pariwisata itu
sendiri.
Selain
itu kurangnya publikasi/promosi menjadi suatu factor yang memiliki dampak besar
didalam ketersediaan informasi sehingga banyak orang yang tidak tahu menahu akan
DTW di Sumatera
Utara.
Penulis ingin sekali
semua daerah tujuan wisata yang ada di provinsi tercinta ini dikelola baik agar
dapat dinikmati masyarakat luas tanpa terkecuali seperti penyediaan sarana dan
prasarana pendukung pariwisata. Menurut hemat penulis, perlu ada perhatian dari
segenap lapisan masyarakat untuk menyadari pentingnya bagaimana cara berkomunikasi
yang baik dan santun terlebih bagi pelaku industri itu sendiri, toh sarana dan
prasarana selengkap dan secanggih apapun tak akan pernah bisa memajukan suatu
DTW bila masyarakat dan pelakunya tidak memiliki attitude yang baik, bukan?
1 comment:
sekedar info, bln 02,2014 Kami pergi ke Kawah Putih Tinggi raja, sepanjang perjalannan menuju lokasi bnyk x pungutan liarnya, sangat disyngkn, karna mrk(masyarakat sekitar) meminta dgn cara paksa/di jegat ditengah jalan. ada sekitar 7x pengutipan. yg lbh parahnya lg pulang di minta lagi, smpat saya tegang urat sm penduduk stmpt, saya bilang " Klo pergi dh di kutip, pulang jgn lah bg, dgn nada menantang merek menjawab. "Ngapain klen kemari klo gk ada uang" kt mrk.
Post a Comment
Pengujung yang baik, pasti tidak lupa berkomentar. :)
Terimakasih.....