informasi pariwisata dan budaya di Sumatera Utara

Berwisata Alam Ke Dolok Tinggi



Dolok Tinggi Raja Dalam rangka mengenalkan berbagai objek wisata di Kabupaten Simalungun, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya tidak henti-hentinya melakukan berbagai sosialisasi. Langkah tersebut dilakukan agar berbagai objek wisata yang ada selalu dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara serta untuk tetap melestarikan objek wisata tersebut.
Salah satu program atau rencana Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Simalungun yang mengikutsertakan peran serta biro perjalanan, mempromosikan berbagai objek wisata. Salah satunya objek wisata pemandian air panas Tinggi Raja. Lokasi pemandian sangat asri konon menyimpan segudang cerita klasik, apalagi dibungkus mitos cerita legenda.
Pemandian air panas Tinggi Raja terletak di Nagori Dolok Marawa Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun. Jarak tempuh dari kota Pematangsiantar lebih kurang 121 km berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Objek wisata Tinggi Raja termasuk kawasan cagar alam dengan luas areal lebih kurang 167 Ha.
Dengan menelusuri jalan setapak, kita tiba di objek wisata pemandian air panas Tinggi Raja. Mencermati alam sekitar memang lingkungan pemandian menyiratkan keasrian. Ragam tetumbuhan termasuk pohon-pohon langka diteduhi dedaunan warna hijau lebat membuat mata sejuk memandang. Konon menurut cerita warga, di lokasi pemandian tersebut terdapat bunga yang bernama tinggi raja. Bunga yang disebut-sebut dapat memberi “keuntungan” bagi pengunjung, bila dipetik dari batangnya. Para pengunjung kerap membawa oleh-oleh bunga tersebut bilamana mereka datang ke objek wisata tersebut. , objek wisata pemandian air panas Tinggi raja banyak didatangi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Mitos historis Dolok tinggi Raja
 Dahulu, Dolok Tinggi Raja atau yang sekarang ini dikenal masyarakat objek wisata pemandian air panas Tinggi Rajam, dihuni oleh penduduk dan punya legenda menarik untuk disimak. Kawasan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang mempunyai ratusan jabalon (pelayan perempuan dan laki-laki).
Sang raja memiliki seorang putri yang cantik. Karena cantiknya sang putri tidak diijinkan untuk bersosialisasi dengan orang lain kecuali dengan pelayan. Putri tersebut adalah anak yang manja, apapun yang diminta pasti dikabulkan oleh orangtuanya. Ketika musim tanam tiba, sudah menjadi kebiasaan bagi raja dan pelayan-pelayannya menghabiskan waktu untuk menanam padi.


Mereka bekerja pada sore hari dan mengadakan pesta. Saat pesta, mereka dapat bernyanyi dan menari bersama gadis-gadis cantik di desa. Sementara putri raja tersebut hanya dapat tinggal di istana dengan nenek dan pelayannya. Dia dikurung selama dua hari dan merasa kesepian sambil terus menangis.
Kemudian sang putri melepaskan seekor burung dari kandang dan menulis pesan pada ayahnya dan meletakkan surat tersebut pada salah satu kaki burung. Meski kesepian neneknya berusaha menghibur dan menyuruh pelayan membuat suatu pesta besar dan mengundang semua pemuda desa. Mereka semua sangat senang, bernyanyi, menari bersama.

Pada pagi harinya sebelum menanam padi (matidah) raja menyuruh pelayan-pelayannya menyediakan makanan untuk ibunya. Raja sendiri memilih daging tersebut dan membungkusnya karena dia tahu daging adalah makanan kesukaan ibunya. Kemudian beberapa pelayan (jabolon) meninggalkan istana. Dalam perjalanan mereka membuka bungkusan dari raja yang akan diberikan kepada ibunya.

Lalu pelayan tersebut memakan semua makanan dan membungkus sisanya untuk diberikan kepada putri raja dan neneknya. Ketika para pelayan tiba sang nenek sangat senang menyambut para pelayan sambil membuka bungkusan. Sayangnya saat dibuka isi bungkusan ternyata tinggal tulang-tulang (holi-holi).
Sang nenek dan putri raja merasa terpukul. Mereka tidak menduga bahwa raja sanggup memberikan penghinaan yang sedemikian besar. Meliht kejadian para dayang-dayang diam terpaku terbawa arus perasaan dan pikiran masing-masing disertai deraian air mata.

 


Akhirnya sang nenek bersama cucunya dn para tamu istana mengajak bernyanyi seolah-olah bergembira menerima kiriman dari raja. Pesta semakin meriah dan tidak terkendali. Sang putri merasa bebas menari berganti-ganti dengan setiap pemuda yang mulai brutal dan berpelukan. Saat bernyanyi tanpa diiringi musik diikuti oleh gerakan-gerakan aneh dengan syair lagu yang monoton, “manong-nong Tinggi Raja (tenggelam tinggi raja)” yang diulang berkali-kali dan diikuti oleh seluruh dayang-dayang dan pemuda serta kucing-kucing istana.
Sambil bernyanyi sang putri berteriak-teriak menyumpahi dan mengutuk sang raja. Kegiatan aneh ini berlangsung sepanjang malam tanpa mereka sadari menjelang dini hari di sekitar istana bermunculan mata air panas dan belerang yang sangat banyak. Akhirnya istana beserta seluruh penghuninya tenggelam ke kolam air panas dan belerang.
 Sementara raja dan permaisuri serta seluruh rakyat masih melanjutkan kegiatan bertanam. Pada saat istirahat, sang raja dikagetkan dengan kicauan seeokor burung yang sangat dia kenal suaranya yang mendirikan bulu roma sang raja. Dengan serta merta sang raja memerintahkan untuk pulang. Setelah sampai di kawasan istana, sang raja terkejut melihat istananya lenyap. Yang ada hanya lautan air panas dan belerang.

Sang raja bersama ke permaisurinya pun berusaha menemukan sang putri dan ibunda tercinta. Dengan masuk ke dalam air panas dan belerang akhirnya sang bbbraja dan permaisuri serta pengawal akhirnya turut lenyap di dalam air panas tersebut.

1 comment:

Unknown said...

Hi, mohon info jalur mana yang harus ditempuh kalau berangkat dari medan. bagaimana pula kalau dari Siantar? Adakah angkutan umum? Thanks

Post a Comment

Pengujung yang baik, pasti tidak lupa berkomentar. :)
Terimakasih.....