Lapangan Merdeka
Merupakan
salah satu DTW di kota Medan yang letaknya berada persis di tengah kota. Pada
jaman penjajahan belanda disebut Waterlooplein dan pada saat penjajahan Jepang
disebut Fukuraido. Perubahan Nama menjadi Lapangan Merdeka tidak lepas dari
sebuah sejarah besar bagi bangsa Indonesia kala itu.
Lapangan
Merdeka adalah saksi bisu dari terlepasnya Negara Indonesia dari belenggu
penjajah. Tepat pada tanggal 16 Oktober 1945, disinilah Muhammad Hassan yang kala
itu menjabat sebagai gubernur Sumatera membacakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Tidak hanya itu saja, Lapangan Merdeka juga sangat penting bila
ditilik dari sisi historis, karena menjadi titik lokasi masyarakat untuk
berkumpul untuk mengadakan suatu perubahan, seperti sosialisasi sumpah pemuda,
penyatuan ikrar menolak PKI dan sampai sekarang sering dijadikan sebagai tempat
perhelatan acara daerah, provinsi, dan bahkan nasional karena tempatnya yang
sangat strategis.
Lapangan
Merdeka berada persis di tengah kota sehingga disebut juga titik 0 km Medan.
Jadi jarak kota Medan ke daerah lainnya dihitung dari lapangan ini.Selain itu
beberapa DTW juga berada disekitarnya, seperti Titi Gantung, Stasiun Kereta
Tua, Kantor Pos Medan, Gedung London Sumatera, Pemandian Sri Deli, dan Istana
Maimoon.
Istana Maimun
Terkadang
disebut juga istana Putri Hijau, lokasinya berada di jalan Jalan Brigjen
Katamso, kecamatan Medan Maimun. Dibangun pada tahun 1888 oleh seorang sultan
deli yakni Makmun Rasyid Perkasa Alamsyah dengan arsitek dari Italia. Luasnya
mencapai 2772 m. Didalamnya terdapat 30 ruangan yang saat ini dipakai oleh
keturunan kesultanan.
Istana
Maimun dijadikan sebagai salah satu icon kota Medan karena usianya yang sudah
tua kurang lebih 125 tahun namun masih berdiri begitu kokoh ditengah arus
modernisasi sehingga layak disebut sebagai destinasi wisata heritage di kota
Medan dan ditambah lagi dengan keunikannya yang terletak pada konsep bangunan
dimana terdapat unsur melayu dengan perpaduan 4 negara yakni Indonesia,
spanyol, india dan italia.
Saat
ini dikelola langsung oleh pihak kesultanan dan terbuka untuk umum. Pementasan
kebudayaan melayu seperti live music, tarian tradisional melayu, dll kerap
diadakan ditempat ini.
Interior
bangunan mayoritas tersentuh warna kuning, hal ini berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat melayu deli dimana kuning memiliki arti kesucian dan kebahagiaan.
Istana Maimun mengoleksi benda-benda bersejarah sejak kesultanan deli muncul di
Sumatera Utara. Seperti perlengkapan musik deli. Peralatan makan kesultanan,
pakaian kebesaran sultan deli, lampu-lampu Kristal dari eropa jaman dahulu, dan
foto-foto pemangku jabatan kesultanan sejak dahulu kala.
Di
kompleks istana maimun terdapat sebuah meriam yang kondisinya sudah tidak utuh
lagi, hal ini berkaitan dengan legenda putri hijau yang mengkisahkan peperangan
antara kerajaan aru dengan pengikut putri hijau karena lamaran kerajaan aru
ditolak oleh putri hijau. Meskipun penolakan tersebut dilakukan dengan cara
halus namun kerajaan merasa tersingung sehingga terjadilah peperangan besar
yang mengakibatkan jumlah prajurit perang kerajaan aru banyak yang tewas. 2
saudara lelaki putri hijau yakni raja simangombus dan mariam buntung yang ikut
berperang terus berjuang hingga titik darah penghabisan, namun strategi perang
kerajaan aru berubah menyadari kekalahan semakin mendekati, kerajaan aru
menggunakan koin emas sebagai senjata sehingga prajurit perang pengikut putri
hijau terkecoh dan memunguti emas tersebut dan tidak memperdulikan bahwa mereka
berada ditengah peperangan. Strategi tersebut menyebabkan kekalahan besar di
pihak puteri hijau, Mariam Puntung terus berusaha bertahan hingga akhirnya ia
pecah, Pecahan tersebut terlempar ke daerah kabupaten karo dan di depan istana
kesultanan deli. Raja Simangombus yang berwujud naga meminta sang putri naik
kepunggungnya. Mereka berdua lari dan menyelamatkan diri ke Selat Melaka di
daerah pulau Berhala yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia.
Selain
itu masih banyak bangunan bersejarah yang didirikan oleh kesultanan deli kala
itu, bahkan mesjid tertua di kota Medan yang masih benuansa empat negara
merupakan peninggalannya. Mesjid Al-Osmani yang terletak di kecamatan Medan
Marelan.
Stasiun Kereta
Api
Merupakan
stasiun kereta api tertua di Medan yang terletak di kecamatan Medan barat dan
Medan Timur tepatnya didepan lapangan Merdeka. Stasiun ini melayani jasa
transportasi hampir ke seluruh wilayah di Sumate icon pariwiatra Utara dengan
jumlah penumpang 2000-2500 orang setiap harinya.
Kereta
api ini telah mengalami renovasi sejalan dengan percepatan pembangunan di
daerah Sumatera Utara. Kehadiran bandara Kuala Namu yang menjadi bandara terbesar
kedua di Indonesia dan tercanggih di Indonesia. Salah satu bukti kecanggihan
tersebut dimana Kuala Namu adalah bandara pertama di Indonesia yang terhubung
langsung dengan stasiun kereta api. Jadi proses check-in yang biasanya
dilakukan di Aiport kini semakin dipermudah dengan keberadaan Stasiun Kereta
Api Medan
Salah
satu destinasi wisata heritage peninggalan penjajah Belanda yang kerap
dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupuan domestik adalah sebuah monument
lokomotif uap buatan Hartman.
Mesjid Raya
Medan
Sebuah
bangunan destinasi wisata religi bagi umat muslim terbesar dan termegah di
Sumatera Utara, salah satu landmark kota Medan yang beralamat di Kecamatan
Medan Maimun. Masyarakat sekitar kerap juga menyebutnya Mesjid Al – Mahsun.
Didirikan pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 oleh sultan Maamun Al
Rasyid Perkasa Alam.
Pada
awal pembangunannya Mesjid Raya Medan menyatu dengan kompleks istana Maimun.
Keunikan pada bangunan ini terletak pada gaya arsitek yang mendapat sentuhan
seni dari negara Timur Tengah, Spanyol dan India, Seorang arsitek berkebangsaan
Belanda yang bernama Van Erp dipercaya mendesign bangunan suci ini, namun
proses pengerjaannya dilakukan sepenuhnya oleh JA Tingdeman yang berkebangsaan
jerman.
Pembangunan
Mesjid Al Mahsun (Raya Medan) menghabiskan dana sekitar 1 juta gulden. Biaya
tersebut ditanggung sepenuhnya oleh sultan. Namun sumber lain mengatakan bahwa
orang-orang besar semasa kesultanan deli seperti Tjong A Fie (masyarakat medan
yang beretnis Tionghoa) ikut serta didalam pendanaan.
Sebagian
besar bahan dan perlengkapan mesjid Raya Medan dibeli dari luar negeri yakni
jerman, cina, perancis, dan italia.
Interior
bangunan mayoritas dihiasi ornament lukisan berupa bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Perpaduan konsep denah bangunan berbentuk simetris dengan corak orak maroko,
eropa, melayu,dan timur tengah. Denah ini menciptakan suasana yang berbeda
dibandingkan mesjid kebanyakan sehingga acap kali dikunjungi oleh wisatawan yang
datang berkunjung ke kota Medan.
Gedung Lonsum
Sebuah
bangunan berciri khas gaya eropa yang masih berdiri kokoh di kota Medan. Dengan
nama Gedung London Sumatera yang terletak di jalan Ahmad Yani kecamatan Medan
Barat.
Setelah
selesai dibangun pada tahun 1906 oleh Daniel Harrisons dan bertepatan dengan kelahiran
puteri Juliana, gedung ini pertama kali dinamai dan digunakan oleh Harrisons
and Crossfield Company. Sebuah perusahaan perkebunan dan perdagangan karet yang
berpusat di kota London.
Sejak
kemerdekaan bangsa Indonesia, kepemilikan Harrisona and Crossfield Company
(Bangsa Belanda) berpindah tangan dan diganti dengan nama PT London Sumatera
(lebih dikenal dengan istilah PT Lonsum) dan sampai saat ini masih tetap
digunakan sebagai area perkantoran.
Badan
Warisan Sumatera (BWS) menetapkan bahwa gedung lonsum adalah salah satu benda
cagar budaya. Sehingga keberadaanya sangat perlu dilestarikan. Bangunan megah
bernuasana eropa ini adalah bangunan pertama di Sumatera yang memiliki
fasilitas lift.
Hal
yang cukup mengejutkan adalah arsitektur kantor pusat Harrisons &
Crossfield Plc di London merupakan tiruan dari Gedung Lonsum di kota Medan. Hal
ini menjadi alasan mengapa banyak fotografer berburu di kawasan ini baik di
siang maupun malam hari.
Kantor Pos
Salah
satu bangunan peninggalan Belanda di kota Medan adalah kantor pos yang berada
persis di depan hotel INNA Dharma Deli jalan Ahmad Yani. Dibangun pada tahun
1911 oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Snuyf. Kantor pos Medan adalah saksi
perjuangan dan pergerakan Indonesia diwilayah Sumatera pada masa lampau.
Memiliki
luas 1200 m dengan tinggi 20 m bangunan ini masih tetap berdiri kokoh seolah
memberikan makna tentang arti perjuangan dan sejarah. Fungsi bangunan sebagai
tempat pengiriman surat sejak kolonial Belanda tetap diteruskan hingga sampai
detik ini.
Selain
mesjid Raya Medan, Istana Maimoon, dan Menara Tirtanadi, yang menjadi landmark
kota Medan, Kantor Pos yang berdekatan dengan salah satu pusat tongkrongan
kuliner di ibukota Sumatera Utara ini adalah salah satu trademark yang unik
bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini disebabkan oleh keunikan
bangunan dari setiap sisinya yang mengundang decak kagum yang menyerupai burung
merpati.
Persis
di depan Kantor Pos tertua di Sumatera Utara ini terdapat sebuah tugu yang
disebut Tugu 0 km Medan. Jadi jarak tempuh dari kota Medan menuju
kabupaten/kotamadya di seluruh wilayah Sumatera Utara dihitung dari titik ini.
No comments:
Post a Comment
Pengujung yang baik, pasti tidak lupa berkomentar. :)
Terimakasih.....