Antonius Naibaho
Seperti sebuah bom, kejadian tak terduga dan tak bertemu ujung tengah melanda negeri seberang. Pesawat Malaysia Airlines MH 370 hilang tanpa jejak. Berhembus berbagai macam isu mulai dari dugaan human error (kelalaian) hingga teroris. Media tengah menggiring negara menara kembar masuk ke zona merah. Bantuan dari beberapa negara sepertinya semakin memperuncing suasana, tujuannya sama untuk menemukan jejak namun sangat disayangkan, Malaysia sepertinya terlalu menutup diri.
Seperti sebuah bom, kejadian tak terduga dan tak bertemu ujung tengah melanda negeri seberang. Pesawat Malaysia Airlines MH 370 hilang tanpa jejak. Berhembus berbagai macam isu mulai dari dugaan human error (kelalaian) hingga teroris. Media tengah menggiring negara menara kembar masuk ke zona merah. Bantuan dari beberapa negara sepertinya semakin memperuncing suasana, tujuannya sama untuk menemukan jejak namun sangat disayangkan, Malaysia sepertinya terlalu menutup diri.
Sebagai salah satu negara terkemuka
di Asia Tenggara, sektor penghasil devisa bagi negara, pariwisata adalah lahan industri
yang bertumbuh dan berkembang begitu pesat di negara Malaysia. Tourism Malaysia
“The Truly Asia” kini mengalami krisis yang amat besar. Usaha Malaysia untuk tetap
mempertahankan image sudah diambang kegagalan. Strategi mempertahan citra dalam
kasus hilangnya pesawat Malaysia Airlines terbukti gagal.
Sedikit demi sedikit media
nasional dan internasional mulai membuka sisi negatif Malaysia. Mata dunia
tengah mengawasi negara yang berbatasan dengan semenanjung Melaka.
TV One mengabarkan bahwa
pesawat yang hilang tersebut pernah mengalami kerusakan sebelumnya. Selain itu
salah satu media terbesar di Indonesia ini juga memaparkan bagaimana besarnya
kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah Malaysia untuk pembiayaan
operasional Malaysia Airlines. Hal ini berakibat pada krisis kepercayaan dunia
akan keamanan flight transportasi milik negara tersebut. Jauh kedepan, Malaysia
Airlines akan menambah kerugian akibat pemberitaan media yang meruntuhkan citra
yang baru saja terpublish.
Kesan “Menutup Diri” menyebakan
Malaysia dianggap tidak kompromi dalam upaya menemukan kapal. Negara-negara
yang berinisiatif membantu pencarian pesawat yang hilang perlahan mulai jengah
akan sikap pemerintah Malaysia hingga akhirnya beberapa negara tersebut mencari
sendiri pesawat Malaysia Airlines sesuai dengan data yang mereka miliki. Hal
itu menjungkirbalikkan persepsi dunia, dampaknya berpengaruh kepada asumsi bahwa
negara dengan brand MH=Malaysia Hospitality (Keramahtamahan Malaysia) jauh dari
informasi yang mereka dapat sebelumnya bahwa Malaysia adalah negara terbuka
yang menekankan aspek keramahtamahan.
Adanya isu “Teroris” yang memboikot
pesawat Malaysia terdengar lebih mengancam bagi industry pariwisata. Sedikit
mengingat, kasus teroris di Indonesia terbukti mampu melumpuhkan minat
kunjungan wisatawan, anda ingat tragedy bom Bal?. Kejadian tersebut menyebabkan
Bali dianggap tidak aman untuk destinasi wisata, beberapa negara di dunia
sempat mengibarkan bendera larangan untuk warganya berkunjung ke Indonesia
sesaat setelah kejadian terjadi. Anda bayangkan saja bagaimana jadinya Tourism
Malaysia bila isu “teroris” tersebut terbukti benar adanya.
Intinya adalah, gerilya negara
Malaysia didalam mempertahankan image sebagai the truly asia perlahan-lahan
akan memudar akibat sikap dari pemerintahnya sendiri. Amat disayangkan sekali
karena bukanlah perkara gampang untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
dunia dan citra akibat isu/berita internasional.
No comments:
Post a Comment
Pengujung yang baik, pasti tidak lupa berkomentar. :)
Terimakasih.....