informasi pariwisata dan budaya di Sumatera Utara

Pengalaman Liburan ke Rumah Pohon Habitat yang Mendebarkan

Rumah Pohon Habitat - Desember 2017 adalah pertama kalinya kami mengunjungi Rumah Pohon Habitat. Awal tertarik untuk datang ke objek wisata Langkat di sekitar Pamah Semelir ini bermula dari postingan di akun Instagram resminya.

Bagaimana tidak tertarik, coba? rumah pohonnya memang benar-benar memikat sih. Apalagi (dulu) foto-foto yang diunggah masih tergolong natural - without editing process. Dulu berpikirnya itu rumah dibangun di atas pohon, jadi gantung-gantung gitu kaya rumah yang ada di film tarzan.

pemandangan di rumah pohon habitat
Setelah panjang lebar diskusi bareng tim pariwisatasumut.net (kala itu) dan berkoordinasi dengan sang pemilik, jadilah kami menyusun rencana strategis ala Kemenpar. Nanti camping di Dusun Lau Kulap kemudian paginya baru berangkat ke Rumah Pohon Habitat.

Dari Medan, kami memulai perjalanan sekitar pukul 16.00 alias sore jam 04.00. Berhubung belum ada yang sudah pernah ke sana, kami berpikirnya itu destinasi tidak jauh-jauh amatlah. Dekat, paling 2 sampai 3 jam-an saja. Tapi sedihnya, jarak di otak ternyata berbeda jauh dengan fakta. Apalagi waktu di Binjai kami malah disambut dengan guyuran hujan. Jadilah aku, hujan dan itunya berada di dalam kuyup kebasahan (sing: sebuah rasa - agnez mo).

Di tengah perjalanan, kami ternyata sudah kelewatan dan terlalu jauh dari Lau Kulap. Padahal Pak Kades sudah nunggu lho di rumahnya. Sedih sih, tetapi mau bagaimana lagi. Kalau putar balik artinya kami bakal basah total. Yang lain sih enak punya mantel, nah saya bermodalkan kulit doang menahan perih tajamnya hujan - uwuwuw.

habitat ecolodge and tree house
Mau enggak mau ya perjalanan pun terus digenjot (pakai istilah kemenpar lagi), kita rombak rencana, nanti nginap di Rumah Pohon Habitat terus paginya langsung gas ke Lau Kulap.

Wanti-wanti, kita pun akhirnya telepon penjaga Rumah Pohon Habitat, cause the owner was not there, tho.

"Bang, masih jauh enggak dari ini? (sambil nyebut posisi kami sesuai data gps),"
"Dah dekat bang, nanti kalau sudah sampai di ...... belok ...... terus ..... dan .....," pungkas si abang.

Saya lupa nama yang jaga, maaf ya emang gampang lupa kalau soal beginian.

Bagi yang suka liburan bareng rombongan, pasti paham dong cara menyemangati seperti si abang itu, biar enggak down kalau sebenarnya perjalanan masih jauh sepanjang hubungan dengan mantan yang sudah nikah.

kolam pamah semelir
Akhirnya, setelah melewati Kolam Pamah Semelir (ini kondisinya sudah gelap gulita, cuy!), kami terus melaju dan saya yang dibonceng di bagian belakang motor pun sudah mulai ngeluh (my bad habit) soalnya bagian dapur tubuh udah emang enggak asyik, bayangin aja duduk selama 5 jam.

Akhirnya lagi (2) kami pun harus melewati jalan yang begitu mendebarkan menuju puncak bukit dimana surga bernama Rumah Pohon Habitat berada. Ya, seperti menjalani kehidupan yang penuh kupak-kapik ini, banyak enggak enaknya sebelum mencapai titik tertinggi.

Seram guys!, kiri-kanan gelap pekat. Sialnya, tidak ada yang bawa senter sebagai penerang. Cuma bermodalkan flash dan lampu motor, kami beberapa kali berhenti di tengah tanjakan karena kondisi jalan yang lagi-lagi mendebarkan (2).

Berjuang dengan penuh kesabaran, akhirnya keinginan dari awal pun terwujud. Rasanya lega saat melihat cahaya dari Rumah Pohon Habitat, ibarat melihat mantan sudah putus dari suaminya - hiyahiya.

Untunglah yang menjaga Rumah Pohon Habitat ramah dan baik. Tanpa tari-tarian, kami disambut layaknya sepupu keturunan Adam dan Hawa di tengah derasnya hujan yang membasahi Pamah Semelir kala itu.

Dinginnya suhu di Rumah Pohon Habitat pun memaksa kami untuk segera bergegas ngorok. Sangking dinginnya, saya pun tidak bisa tidur hingga pukul 5 pagi.

Di pagi hari yang begitu ceria, kami beranjak menelusuri inci demi inci bangunan Rumah Pohon Habitat yang terbuat dari kayu dan pohon bambu. FYI, saat kami menginjakkan kaki di sini kondisinya belum seperti sekarang, masih dalam tahap pembangunan.

anak kekinian, selfie
Tetapi pemandangannya memang menarik cuy!, di kejauhan tampak pula sebuah objek wisata lainnya yang punya nama Akui Puncak. Ulasan artikel ala formal dan lebih educated? kamu boleh baca di > rumah pohon habitat pamah semelir langkat ya sobat!

Sekitar jam 11, kami memutuskan untuk turun karena ingat janji untuk mengunjungi Lau Kulap yang berada di Desa Garunggang. Jadi, kalau nginap di Rumah Pohon Habitat tiap pengunjung dikenai biaya Rp 25.000/orang. Jadi kamu bisa siapkan anggaran dana. Terus kalau cuma datang berkunjung bayar berapa? kalau tidak salah saat itu Rp10.000. Terus kalau sekarang berapa harganya? enggak tau.

Perjalanan pulangnya lebih santai karena sudah terang benderang seperti lampu philips. Kami sempat singgah lho di Kolam Pamah Semelir, makan pop mie dan kopi di tepi danau sambil lihat bebek-bebekan.

30 menit berlalu, kami kemudian beranjak dan menemui Pak Kades (nama dirahasiakan soalnya orang penting). Liburan ke Garunggang ini bisa kamu baca di artikel:

Kenapa tidak diulas di postingan blog ini saja? karena blog ini jarang saya buka - hehe

Rencana ke depan, blog ini akan kembali aktif kok karena bisa asal-asal tulis tanpa harus menggunakan PUEBI alias EYD versi terbaru. hehe (2)

1 comment:

Anonymous said...

ada penginapan bg?

Post a Comment

Pengujung yang baik, pasti tidak lupa berkomentar. :)
Terimakasih.....